Subscribe:

Monday, April 23, 2012

Mengenal Fobia

Fobia adalah rasa takut yang berlebihan dan bersifat kurang rasional terhadap sesuatu yang menimbulkan bahaya meskipun sebenarnya kecil atau tidak ada. Walaupun sadar bahwa itu tidak rasional tetap saja itu akan menimbulkan rasa cemas dan panik yang menjadi sumber ketakutan dari fobia itu sendiri.

Definsinya, fobia adalah rasa takut pada macam-macam yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian dan pengalaman tertentu.

Gejala fobia ditandai dengan menghindari sesuatu yang ditakutinya. Pada situasi tak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan objek yang ditakutinya, si penderita akan bereaksi lewat sikap panik, cemas, gemetar, napas memburu (cepat dan pendek), jantung berdebar, keringat dingin, mual, kepala pusing, badan lemas, tak mampu bergerak atau malah pingsan.

Pada kasus fobia ekstrem, gejala kecemasan yang sangat hebat menyertai si penderita, walaupun di sekitarnya tidak ada objek yang ditakutinya. Perasaan cemas mulai muncul tak kala si penderita membayangkan, mengingat, atau mendengar objek yang ditakuti.

Perasaan itu bagi sebagian orang normal kadang sulit dipahami atau malah menjadi sumber olok-olok dan sikap jahil yang menyebabkan psikologi si penderita fobia makin terganggu. Bagi sebagian orang "normal" si penderita fobia bisa menjadi menggelikan dan sumber fobianya kontradiksi dengan si penderita. Seperti badan besar, berotot, muka garang seperti preman bisa takut setengah mati dengan kecoa.

Fobia juga bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila terus-menerus terpapar dengan subjek fobia, hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan mental seseorang menjadi terkunci, yang menyebabkan oleh ketidakmampuan orang tersebut dalam mengendalikan perasaan takutnya.

Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental block) di kemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali" regresi kepada keadaan fiksasi. (Mulyana, alumni Antropology Unpad/pemerhati masalah sosial)


sumber : dirangkum dari koran PR

0 komentar:

Post a Comment

Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Violation Search