Olahraga jangan hanya menjadi sebuah kegiatan dari pertandingan atau perlombaan untuk mencapai prestasi, tetapi harus menjadi ladang bisnis pertunjukan yg bisa dinikmati konsumen (penonton) sebagai suatu pemenuhan kebutuhan hiburan, pemenuhan keinginan melihat teknis olahraga memukau, dan pemenuhan harapan kesenangan.
"Bisnis industri olahraga menjadikan olahraga yang awalnya adalah kegiatan menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh manusia, bisa menjadi industri olahraga atraksi menarik yang mendatangkan keuntungan finansial." kata President IMA Jabar, H Januar P Ruswita.
Agar bisnis industri olahraga berjalan baik diperlukan strategi pemasaran tepat, salah satunya dengan perluasan konten dan konteks olahraga yang bisa menghadirkan penonton, mendatangkan sponsor, dan menumbuhkan komunitas penggemar.
Seperti kompetisi basket NBA di Amerika yang pada sela-sela waktu istirahat pertandingan diadakan pertunjukan /slam dunk festival, three point shooting competition, dan cheerleaders season/ menjadi bagian strategi yang membuat penonton tidak beranjak pergi dari pertandingan.
Selain strategi diatas pengembangan infrastruktur olahraga juga diperlukan seperti tata ruang eksterior dan interior, tata warna dinding dan lapangan, tata pencahayaan lampu harus dibuat menarik, nyaman, dan aman ditonton.
Ada juga yang harus diperhatikan seperti jersey/seragam petugas pertandingan harus terlihat modis serta /fashionable/. Merchandise yang dipergunakan penonton harus meriah dan gemerlap. Seperti kejuaraan basket DBL Indonesia dan bola voli Proliga, menjadi contoh keberhasilan strategi pemasaran bisnis industri olahraga dengan penataan /venue, fashion,/ dan aksesori pertandingan.
Menurut H Irwan Susanto, pemilik dan Direktur Utama PT Sinjaraga Sartika Sport yang memproduksi bola "Triple S", menyatakan dengan penduduk mencapai 240 juta orang adalah pasar yang menggiurkan untuk industri olahraga khususnya peralatan olahraga.
Belum lagi pasar luar negeri yang masih terbuka dan mempunyai potensi menggiurkan. Dengan banyak jumlah tenaga kerja murah dan kualitas terjaga maka bukan tidak mungkin bisa bersaing dengan produk asing di luar negeri.
Sayangnya para pelaku bisnis di Indonesia sering mengabaikan inovasi dan kreativitas atas produk-produknya, sehingga nilai /fashion/nya tertinggal dengan produk asing. Para pengusaha pun tidak berusaha untuk mendapatkan sertifikasi kualitas produk atau lembaga-lembag sertifikasi Nasional seperti SNI dan ISO, atau dari Internasional seperti EC Directive.
Jangankan diluar negeri, didalam negeri pun para pengusaha nasional kalah bersaing dengan produk impor. Padahal untuk bola saja menurut FIFA dibutuhkan 250.000 bola setiap harinya dan baru terpenuhi hanya 1 juta bola per tahunnya untuk kebutuhan dunia.
Jadi alangkah baiknya jika bisnis industri olahraga dipasarkan dengan baik.
sumber : dirangkum dari koran PR
"Bisnis industri olahraga menjadikan olahraga yang awalnya adalah kegiatan menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh manusia, bisa menjadi industri olahraga atraksi menarik yang mendatangkan keuntungan finansial." kata President IMA Jabar, H Januar P Ruswita.
Agar bisnis industri olahraga berjalan baik diperlukan strategi pemasaran tepat, salah satunya dengan perluasan konten dan konteks olahraga yang bisa menghadirkan penonton, mendatangkan sponsor, dan menumbuhkan komunitas penggemar.
Seperti kompetisi basket NBA di Amerika yang pada sela-sela waktu istirahat pertandingan diadakan pertunjukan /slam dunk festival, three point shooting competition, dan cheerleaders season/ menjadi bagian strategi yang membuat penonton tidak beranjak pergi dari pertandingan.
Selain strategi diatas pengembangan infrastruktur olahraga juga diperlukan seperti tata ruang eksterior dan interior, tata warna dinding dan lapangan, tata pencahayaan lampu harus dibuat menarik, nyaman, dan aman ditonton.
Ada juga yang harus diperhatikan seperti jersey/seragam petugas pertandingan harus terlihat modis serta /fashionable/. Merchandise yang dipergunakan penonton harus meriah dan gemerlap. Seperti kejuaraan basket DBL Indonesia dan bola voli Proliga, menjadi contoh keberhasilan strategi pemasaran bisnis industri olahraga dengan penataan /venue, fashion,/ dan aksesori pertandingan.
Menurut H Irwan Susanto, pemilik dan Direktur Utama PT Sinjaraga Sartika Sport yang memproduksi bola "Triple S", menyatakan dengan penduduk mencapai 240 juta orang adalah pasar yang menggiurkan untuk industri olahraga khususnya peralatan olahraga.
Belum lagi pasar luar negeri yang masih terbuka dan mempunyai potensi menggiurkan. Dengan banyak jumlah tenaga kerja murah dan kualitas terjaga maka bukan tidak mungkin bisa bersaing dengan produk asing di luar negeri.
Sayangnya para pelaku bisnis di Indonesia sering mengabaikan inovasi dan kreativitas atas produk-produknya, sehingga nilai /fashion/nya tertinggal dengan produk asing. Para pengusaha pun tidak berusaha untuk mendapatkan sertifikasi kualitas produk atau lembaga-lembag sertifikasi Nasional seperti SNI dan ISO, atau dari Internasional seperti EC Directive.
Jangankan diluar negeri, didalam negeri pun para pengusaha nasional kalah bersaing dengan produk impor. Padahal untuk bola saja menurut FIFA dibutuhkan 250.000 bola setiap harinya dan baru terpenuhi hanya 1 juta bola per tahunnya untuk kebutuhan dunia.
Jadi alangkah baiknya jika bisnis industri olahraga dipasarkan dengan baik.
sumber : dirangkum dari koran PR